Sunday, 13 December 2015

Refresh :D

boleh lahh sejenak lupain segala hal tentang kuliah ~

Loc: Candi Ratu boko


 Loc: Taman Sari Yogyakarta

Loc: Museum Affandi, Lippo Plaza

Loc: Pantai Glagah Indah Kulon Progo

Monday, 7 December 2015

PLD UIN Sunan Kalijaga Peringati ‘Hari Disabilitas Internasional 2015’

Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional 2015 (International Day of People with Disability), Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan beberapa rangakaian kegiatan yang puncaknya dilaksanakan dalam bentuk Parade Inklusi pada hari Kamis 3 Desember 2015, bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional.
Acara parade inklusi dikoordinir oleh para relawan PLD yang tergabung dalam Forum Sahabat Inklusi (FORSI). Parade ini diikuti oleh berbagai pihak, terutama dari kalangan mahasiswa dan civitas akademik UIN Sunan Kalijaga. Berbagai lembaga penggiat inklusi serta komunitas difabel dari luar UIN Sunan Kalijaga juga ikut serta dalam acara parade ini yang dikemas dalam format aksi damai (long march) dengan membagikan seribu bunga di dalam kampus dan juga kepada masyarakat di sekitar kampus.
Sehari sebelumnya, tanggal 2 Desember 2015, Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga telah menyelenggarakan acara Seminar dan Launching Buku ‘Fikih [Ramah] Difabel’ di Hotel Grand Quality Yogyakarta. Acara ini merupakan bentuk kerjasama antara PLD dengan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Kalijaga yang didukung sepenuhnya oleh Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI. Sedikitnya ada 170 peserta yang menghadiri acara ini yang terdiri dari berbagai kalangan, antara lain stakeholder terkait disabilitas di Yogyakarta, kalangan akademisi dan agamawan, mahasiswa, serta komunitas difabel dari berbagai daerah di Yogyakarta dan sekitarnya.
Kegiatan seminar dibuka oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang 2 (Dr.H. Waryono Abdul Ghafur). Dalam sambutannya beliau menegaskan kembali komitmen UIN Sunan Kalijaga untuk menjadi kampus yang akomodatif terhadap komunitas difabel. ‘Menjadi kampus inklusi merupakan harapan besar kita semua. Jalan menuju kampus inklusi itu sendiri sangat berat, namun kita tetap pada komitmen itu dan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya’, demikian penjelasannya.
Kepala PLD (Muhrisun Afandi, MAg, MSW) menggarisbawahi bahwa ketika peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak cukup memberikan jaminan bagi difabel, masyarakat kita juga tidak menunjukkan keberpihakan yang nyata terhadap difabel, maka banyak pihak menoleh pada ‘agama’ sebagai satu-satunya upaya yang diharapkan bisa memberikan proteksi bagi komunitas difabel, terutama di masyarakat Indonesia yang agamis. Namun kenyataannya, diskriminasi terhadap difabel juga terjadi dalam konteks kehidupan keberagamaan. Lebih lanjut Kepala PLD menjelaskan: ‘Dogma-dogma agama masih sering ditafsirkan oleh beberapa pihak dalam konteks yang kurang memihak pada kaum difabel, meski tidak secara terang-terangan mendiskriminasikan difabel. Oleh karena itulah, buku Fikih [ramah] Difabel ini menjadi penting untuk memulai diskusi yang lebih besar di masayarakat.’
Para pembicara yang hadir dan memberikan persentasi pada acara seminar ini antara lain dari Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementrian Luar Negeri RI (Grata Endah Werdaningtyas), K.H. Irwan Masduki, Lc., MHum (pengasuh Pondok Pesantren Mlangi), Dr. Fathorrahman (Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga), dan Bahrul Fuad, MA (Pusat Kajian Perlindungan Anak, Universitas Indonesia).
Salah satu poin penting yang disampaikan oleh para pembicara dalam seminar ini adalah kenyataan bahwa secara umum perjuangan berbagai pihak di Indonesia dalam rangka pengarusutamaan (mainstreaming) disabilitas di Indonesia masih belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Peraturan perundang-undangan terkait disabilitas masih belum memberi dampak signifikan bagi kesejahteraan komunitas difabel di Indonesia. Diskriminasi masih terjadi dalam semua aspek kehidupan di masyarakat, termasuk dalam kehidupan keberagamaan di masyarakat kita.
 
sumber : http://uin-suka.ac.id/id/berita/detail/1124/pld-uin-sunan-kalijaga-peringati-hari-disabilitas-internasional-2015

Monday, 30 November 2015

FAKULTAS DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

  1. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, klik http://adab.uin-suka.ac.id
  2. Fakultas Dakwah dan Komunikasi, klik http://dakwah.uin-suka.ac.id
  3. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, klik http://tarbiyah.uin-suka.ac.id
  4. Fakultas Syari'ah dan Hukum, klik http://syariah.uin-suka.ac.id
  5. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, klik  http://ushuluddin.uin-suka.ac.id
  6. Fakultas Sains dan Teknologi, klik http://saintek.uin-suka.ac.id  
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, klik http://isoshum.uin-suka.ac.id
  8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, klik http://ebi.uin-suka.ac.id
15410116
KHOIRUNISA NUR FAJRINA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Tuesday, 10 March 2015

ANTROPOMETRI TINGGI BADAN MENURUT UMUR


  • Tinggi Badan Menurut Umur
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses pertumbuhan dan perkembangannya sejak masa bayi, oleh sebab itu masa tersebut perlu perhatian lebih termasuk proses perkembangan fisik maupun psikologis. Beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan adalah keadaan tubuh baik kualitatif maupun kuantitatif yang berubah secara teratur, progresif, dan koheren atau dikenal dengan pertumbuhan. Salah satu metode untuk mengukur pertumbuhan adalah penggunaan ukuran antropometri. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak yang mengalami hambatan pertumbuhan menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi.

Istilah tinggi badan digunakan ketika mengukur tinggi badan anak diatas 2 tahun. Sedangkan istilah panjang badan ketika mengukur tinggi badan anak dibawah usia 2 tahun, pada lansia yang tidak dapat berdiri dan bungkuk diukur panjang lengannya yang merupakan proxy dari tinggi badan.
  • Keuntungan Indeks TB/U:
  1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
  2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
  • Kelemahan Indeks TB/U:
  1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
  2. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya
  3. Ketepatan umur sulit didapat
  • Cara Mengukur Tinggi Badan
  1. Keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding
  2. Pandangan diarahkan ke depan, kedua lengan tergantung relaks di samping badan
  3. Potongan kayu/logam, bagian dari alat pengukur tinggi yang dapat digeser, kemudian diturunkan sehingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subjek berambut tebal
  4. Pastikan pengukur melihat tinggi subjek tepat didepan ukuran, apabila pengukur lebih tinggi daripada subjek, maka diwajibkan bagi pengukur untuk menunduk, tetapi apabila subjek lebih tinggi daripada pengukur maka diwajibkan bagi pengukur untuk menaiki kursi agar dapat melihat tinggi tepat di depan ukuran
Alat ukur ini setidaknya memiliki ukuran panjang 175cm dan mampu mengukur sampai 0,1cm. Alat yang lebih dianjurkan ialah harpenden stadiometer digital yang memiliki kisaran pengukur 600-2100mm. Untuk prngukuran di lapangan, tersedia pula stadiometer portabel yang berukuran 840-2060mm.
  • Alat Pengukur Tinggi Badan
Alat untuk pengukur tinggi badan diatas 2 tahun adalah microtoise

Alat pengukur tinggi badan dibawah 2 tahun adalah infantometer

Harpenden stadiometer digital


Stadiometer portabel untuk pengukuran di lapangan



DAFTAR PUSTAKA
Arisman, Dr, 2009, Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed.2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Bakri Bachyar, Fajar Ibnu, Suparisa I Dewa Nyoman, 2001, Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Proverawati Atikah, Wati Erna Kusuma, 2011, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta